Selasa, 28 Juli 2009

Kisah Penebusan Qurban

Terdapat tiga versi dalam masalah anak Ibrahim as. yang akan dijadikan kurban sebagai persembahan kepada Allah.

Perintah menyembelih kurban terjadi sebelum atau setelah kelahiran Ishak, demikian juga dengan tempat terjadinya di-Palestiana apa di Hijaz ?


1. Dikisahkan menurut Al Qur’an.

Dengan tanpa disebutkan nama anaknya yang akan dipersembahkan sebagai kurban, bahwa Ibrahim as. bermimpi diperintah Allah untuk menyembelih anaknya sebagai persembahan kurban kepadaNya.

Syahdan, manakala anak itu mencapai usia sanggup berdiri sendiri dalam usaha, Ibrahim berkata : “ Hai anakku ! Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku menyembelihmu. Maka renungkanlah bagaimana pendapatmu “ Ia menjawab : Ya ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insyaa Allah engkau akan mendapatiku seorang yang sabar menghadapinya. (Q. S. 37 -102)

* ) Mimpi waktu itu diyakini dan dipercaya se
bagai perintah Allah.


Tatkala keduanya telah sama-sama berserah diri dan Ibrahim telah menelungkupkan anaknya, (Q. S. 37 – 103).

Serta merta dia Kami panggil : “ Hai Ibrahim ! (Q. S. 37 – 104)

Sesungguhnya telah engkau penuhi tuntutan mimpi itu. Sesungguhnya ini, benar-benar sua tu ujian berat. Wa fadainaahu bidzibhin ‘azhiim. (Q. S. 37 – 105/106).

Dan kami tebus anak itu dengan binatang korban yang lebih besar. (Q.S. 37 – 107)

Kami abadikan Ibrahim dengan “ nama baiknya “ untuk angkatan yang akan datang. (Q. S. 37 – 108).

Selamat sejahtera untuk Ibrahim. (Q. S. 37 – 109).



2. Dikisahkan menurut Taurat.

Ibrahim tinggal sebagai orang asing dinegeri orang Filistin dan Allah menguji iman Ibrahim.

Allah berfirman kepada Ibrahim :
“ Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ketanah Moria dan persembahkanlah dia disana sebagai kurban bakaran pada salah satu gunung yang akan Ku-katakan kepadamu “.

Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Ibrahim, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak anaknya, Ia membelah juga kayu untuk kurban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang di-Firmankan Allah kepadanya.

Ketika pada hari ketiga Ibrahim a.s. melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh.

Ibrahim berkata kepada kedua bujangnya “ Tinggallah kamu disini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi kesana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu “.

Lalu Ibrahim mengambil kayu untuk kurban bakaran itu dan memikulkannya keatas bahu Ishak, anaknya, sedang ditangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah mereka ber jalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Ibrahim, ayahnya. “ Bapa “ Sahut Ibrahim a.s. “ Ya, anakku “.

Bertanyalah ia: “ Disini sudah ada api dan kayu dimanakah anak domba untuk kurban bakaran itu ?

Sahut Ibrahim : “ Allah yang akan menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagi-Nya, anakku “.

Sampailah mereka ketempat yang di-Firmankan Allah kepadanya. Lalu Ibrahim mendirikan mezbah disitu, disusunlah kayu, diikatnya Ishak dan diletakkannya di-mezbah itu, diatas kayu api. Kemudian Ibrahim mengulurkan tangannya untuk menyembelih anaknya.

Sebelum anaknya terlanjur disembelih, berserulah Malaikat utusan Allah, kepada Ibrahim : “ Ibrahim jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab Allah mengetahui bahwa Engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaNya.

Lalu Ibrahim menoleh dan melihat seekor domba jantan dibelakangnya yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Ibrahim mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai kurban bakaran pengganti anaknya.

Keterangan :
Dalam Taurat Ibrahim disebut Abraham.
Setelah kedatangan Isa Almasih (Yesus Kristus) dan disalib di kayu salib, maka orang Kristen (nasrani) tidak lagi melakukan persembahan darah dengan memotong domba, karena semua persembahan darah domba sudah diganti dengan korban darah Isa Almasih (Yesus Kristus) oleh mereka dianggap sebagai darah penebus dosa oleh Sang Juru Selamat. Karena itu mereka tidak mempersoalkan lagi Ishak as. atau Ismail as. yang dijadikan korban sembelihan Ibrahim as.


3. Dikisahkan menurut Al kisah/legenda.

Setelah Ibrahim as. mendapat perintah Allah untuk menyembelih anaknya sebagai persembahan kepadaNya melalui mimpinya dan dipastikan bahwa itu merupakan Perintah Allah, maka Ibrahim a.s. berkata kepada anaknya,: “ Hai anakku marilah kita pergi kebukit mencari kayu untuk keluarga kita, bawalah tali dan parangnya juga “ Anak itu menuruti perintah ayahnya “.

Ketika mereka pergi, datanglah setan yang menjelma menjadi seorang laki-laki mendatangi ibu anak itu dan berkata : “ Tahukah kamu, kemana Ibrahim hendak membawa anakmu ?

Ibu anak itu menjawab : Mereka pergi mencari kayu dilereng bukit itu.

Setan menjawab :
“ Tidak ! ia pergi akan menyembelih anakmu “

Ibu anak itu menjawab : “ Tidak ! ia sangat sayang kepada anaknya “

Setan menjawab : “ ia beralasan bahwa ia diperintah Allah untuk menyembelihnya “

Ibu anak itu menjawab : “ Jika itu memang perintah Allah biarkan ia mentaati perintahNya “

Setan itu tidak berhasil mempengaruhi Ibu anak itu dan kemudian Setan berusaha untuk mempengaruhi pula anak itu, namun anak itu tidak dapat pula dipengaruhi oleh Setan tersebut.

Kemudian Setan itu berusaha pula mempengaruhi Ibrahim as. agar membatalkan niatnya menyembelih anaknya sambil mengatakan, bahwa mimpi itu hanya tipu muslihat Setan supaya ia menyembelih anaknya dan akhirnya akan menyesal.

Tetapi bujukan itu tidak mampu membatalkan niat dan keyakinan Ibrahim as. bahwa menyembelih anaknya sebagai persembahan kepada Allah adalah benar-benar perintah Allah kepadanya yang harus dijalankan.

Ibrahim menyatakan mimpinya dan minta pendapat kepada anaknya : “ Lakukanlah Ayah, apa yang diperintah Allah dan jika ayah hendak menyembelih saya, ikatlah kuat-kuat agar darahku tidak mengenai ayah dan akan mengurangi pahalaku “.

Akupun tidak menjamin bahwa aku akan tabah saat menjalani perintah ini. Tajamkanlah parang itu agar dapat sekaligus memotongku, rebahkanlah aku dan telungkupkan dan jangan dimiringkan untuk menjaga agar ayah tetap tabah dalam menjalankan perintah Allah. Aku kuatir ayah tidak tabah melihat wajahku, sehingga menjadi penghalang maksud ayah untuk melaksanakan perintah Allah.

Atas kesediaan dan keiklasan Ismail yang demikian itu, hal demikian sangat besar pengaruhnya serta membantu meringankan beban Ibrahim as. untuk melaksanakan perintah Allah dan ini merupakan ujian penyerahan secara keseluruhannya kepada Allah baik untuk Ibrahim as. maupun Ismail.

Ketika Ibrahim as. siap melaksanakan penyembelihan anaknya, tiba-tiba ia dipanggil : “ Hai Ibrahim ! engkau telah melaksanakan mimpi itu “

Anak itu kemudian ditebus dengan seekor domba besar yang terdapat tidak jauh dari tempat itu, lalu disembelih dan dibakarnya.